Senin, 31 Maret 2014

04.04

"SETELAH RAMBUTMU TERGERAI"

Rambutmu yang rimbun tergerai
Bagaikan pelepah palma menyentuh rerumputan
Maka teduhlah pangkuanmu
Dan kegelisahanku menggeletak di situ

Matamu yang lebar memantulkan wajahku
Aku menyebut namamu, kamu menyebut namaku
Suara kita mengambang terapung dalam waktu
Melayang-layang di cakrawala jiwa
Ditelan sepi yang abadi
Dan segera saling merasa bahwa kita punya
Derita yang sama

Bulu-bulu halus di susumu bergetar dilanda napas birahiku
Leher dan pundakmu adalah pelabuhan zaman
Teluk alam yang mampu menanggapi badai lelaki
Menghamburlah badaiku kepadamu

Badai dari kuku
Badai dari ujung jari
Badai dari kulit perut
Badai dari mimpi kanak-kanakku
Badai dari hasrat yang terpendam
Badai dari naluri purbakala
Badai 36 tahun dari hidupku

Melanda pinggulmu
Pinggulmu yang sentosa bagai perahu
Membawaku mengembara ke alam dongengan
Kamu adalah ratu syeba, cleopatra, drupadi
Kamu adalah dewi durga

Kukulum telingamu
Gurih dan lembut rasanya
Dan napas hidupku melewati selaput telinga,
Masuk kedalam dada dan perutmu
Aku mencari jiwamu
Kita tak bisa bicara
Kita tak usah bicara

Kata-kata adalah bayangan dari harapan
Tetapi bukan harapan yang sebenarnya
Kata-kata adalah janji, tetapi bukannya isi hati
Di dalam badai jiwa kita saling menerka dan meraba
Wahai, wanita dengan rambut bau cendana
Betapa kamu lihat diriku

Aku ada,
Tetapi siapakah aku
Kukerahkan seluruh diriku kepada tanganku yang membelaimu
Urat lehermu yang biru berbicara dalam
Denyutan-denyutan
Jari-jarimu mencengkeram kasur sofa
Itulah bahasa yang kuat

Di luar kata-kata banyak kita bicara
Denyut jantungmu berjawaban dengan denyut jantungku
Dua tubuh satu getaran
Dua jiwa satu bahasa

Astaga!
Kau gigit pundakku dan segera aku alami apa
Maknanya

WS Rendra
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar