Sabtu, 12 April 2014

00.36
Akun Twitter @TrioMacan2000 tiba-tiba hilang. Wartawan wawancarai Raden Nuh, salah satu penulis di @TrioMacan2000. Ada juga pemilik akun itu yang jelas-jelas menunjukkan bahwa dirinya menulis kasus korupsi di media sosial bukan semata-mata demi memberantas korupsi, melainkan juga karena kepentingan pribadi. Ya, ia mengaku sendiri! Ada lagi: soal imbalan Rp1 miliar per tahun dari media pers untuk pasok bahan berita korupsi pejabat.


Twitter @TrioMacan2000 Raden Nuh Abdul
Raden Nuh (kiri) & Abdul Rasyid (berkacamata, staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian). Gambar: Berita Satu

Kemarin, 27 November 2012, hampir semua situs pers nasional memberitakan raibnya akun Twitter @TrioMacan2000 (Ade Ayu Sasmita) yang sejak 2011 gencar menulis skandal korupsi dan politik. Sebelumnya beberapa pejabat publik di Jakarta protes karena merasa difitnah oleh akun itu, dan ada yang mengadu ke Polri, seperti Jaksa Agung Muda Pengawas, Marwan Effendy. Dua hari sebelum Twitter @TrioMacan2000 raib, polisi mengatakan akan segera mengumumkan siapa di balik akun itu [taut].

Umar Syadat, staf khusus Menteri Dalam Negeri, mengatakan bahwa pemilik akun @TrioMacan2000 mulai ketakutan. "Pasti ketakutan, karena polisi sudah mengancam akan segera menangkap dia," katanya kepada Viva News [taut]. Umar meminta polisi menindak akun-akun anonim lain yang menyebar fitnah di Twitter. "Itu banyak, tak hanya @TrioMacan2000."

•••
[Pembaruan: tanggal 29 November 2012, akun @TrioMacan2000 sudah aktif kembali. Mereka mengaku hanya tidak aktif selama beberapa hari terakhir karena sibuk. Jadi, akun itu sempat raib bukan karena dihapus atau dibajak pihak lain.]

Siapa nama 3 pemilik Twitter @TrioMacan2000

Tiga nama yang acap diduga sebagai pemilik/penulis Twitter @TrioMacan2000 adalah Abdul Rasyid, Syahganda Nainggolan, dan Raden Nuh.

Abdul Rasyid adalah staf khusus Menteri Koordinator Perekonomian. Ia membantah kaitannya dengan akun Twitter itu dan telah mengadukannya kepada polisi. Tapi, ia mengaku pernah berteman dengan Syahganda Nainggolan dan Raden Nuh. "Saya kenal Syahganda karena sama-sama aktivis di Jakarta dan Bandung. Sedangkan Raden Nuh teman kuliah di Universitas Sumatera Utara," katanya, seperti dikutip Kompas [taut].

Syahganda Nainggolan adalah Ketua Dewan Direktur Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle. Ia pun membantah sebagai pengelola akun Trio Macan 2000 [taut]. "Saya bukan tipe orang yang menggunakan cara-cara di Twitter untuk suatu pendapat, apalagi menyembunyikan identitas asli," kata Syahganda.

Yang ketiga, Raden Nuh (foto di atas, berkaus putih), berlatar belakang sebagai aktivis. Ia sendiri sudah diwawancarai wartawan Berita Satu, dan ia mengaku sebagai salah satu pemilik akun @TrioMacan2000. Hal ini makin dikuatkan oleh kicauan Twitter Trio Macan 2000 dua minggu lalu yang masih bisa dilihat arsipnya di Chirpstory [taut]: "Tadi malam seorang yg mengaku bernama Liberty wartawan @Beritasatu SMS Bang Raden Nuh, salah satu senior kami & penggagas Akun TM2000."

Raden Nuh mengatakan kepada Berita Satu [taut]: Kami ini jaringan komunitas publik. Di dalamnya ada staf khusus menteri, pensiunan polisi, jenderal, jenderal pengurus partai, bekas orang BAIS (Badan Analisa Intelijen Strategis), bekas orang BIN (Badan Intelijen Negara), dan anggota DPR.

Raden Nuh, pemilik Twitter Trio Macan 2000

Berdasarkan berita-berita di atas, yang bisa "dipastikan" sebagai pemilik @TrioMacan2000 barulah Raden Nuh. Aku tidak tahu apakah ia juga yang dimaksud dalam berita Tempo. Wartawan Tempo pernah dua kali mewawancarai langsung salah seorang pemilik akun pseudonim itu [taut 1 dan taut 2], tapi tidak menuliskan namanya. Tempo menulis tentang sosok lelaki tersebut [kutipan secara acak]:

Laki-laki berkulit cokelat, suka tertawa lepas, dan tak henti merokok Sampoerna A-Mild. Pertemuan Tempo dengan dia di sebuah hotel di Jakarta Utara ini adalah untuk kedua kalinya. Dan dalam dua kali ketemu, dia selalu sibuk menerima telepon guna membicarakan pelbagai proyek di sela obrolan. "Pekerjaan saya konsultan politik, hukum, dan bisnis," katanya.

Komentar JararSiahaan.net: perhatikan bahwa ia berkaitan dengan proyek. Percayalah, tidak ada manusia yang benar-benar antikorupsi jika berkutat dalam bidang proyek.

Dalam pertemuan di satu hotel di Jakarta Pusat, "Ade Ayu Sasmita" meyakinkan kepada Tempo sebagai pemilik akun TrioMacan2000. Dia menyalakan iPad-nya, lalu ia menuliskan sebaris cuit yang didiktekan Tempo. Sedetik kemudian cuit itu tayang di timeline.

Ia pun bersedia menjelaskan latar belakangnya dalam berkicau, termasuk bahan kicauannya. Namun, untuk saat ini, ia meminta nama aslinya tidak dipublikasikan dulu. "Nanti saja menjelang 2014," katanya.

Komentar JararSiahaan.net: kenapa mesti "menjelang 2014"? Itu masa pemilihan presiden berikutnya. Dulu aku pernah berkeciak di Twitter @ja_rar bahwa akun bernama samaran ini tidak mustahil tawar-menawar dengan calon presiden yang akan dibela pada 2014 untuk menghajar calon lain. Hipotesis itu berdasarkan fakta bahwa, antara lain, awalnya @TrioMacan2000 memuji calon Gubernur DKI Jokowi dan mencaci Fauzi Bowo tapi kemudian berbalik haluan, dan semula menghajar Anas Urbaningrum sebelum kemudian memuji Anas.

Twitter @TrioMacan2000 (Ade Ayu Sasmita) tidak murni antikorupsi

Jadi, publik di Twitter patut mencurigai ketulusan @TrioMacan2000 sebagai aktivis antikorupsi. Selain karena hal-hal di atas, mari simak fakta lain.

Salah satu pemilik akun @TrioMacan2000 kepada Tempo [taut] mengatakan:

Soal pilihannya menggunakan Twitter, "Efektivitas Twitter besar. Kalau Facebook, tak kuat. Pejabat tidak main Facebook."

Pada Pemilihan Presiden 2009, dia sempat mengelola 30 akun Facebook, antara lain Oposisi Jalanan, Suara Reformasi, Suara Guru, Suara Rakyat. Semuanya untuk menghantam salah satu calon presiden. Ditanya alasannya menyerang calon itu, ia berkata sambil tertawa, "Karena dia tipu aku. Ha-ha-ha ...."

Perhatikanlah kata-katanya di atas. Sangat jelas, ia bukan aktivis antikorupsi yang tanpa pamrih.

Ia mengaku menulis di Twitter, dan bukan lagi Facebook, supaya diketahui/dibaca oleh pejabat. Orang yang benar-benar antikorupsi harusnya beralasan, "Aku pakai Twitter supaya lebih banyak rakyat yang tahu kebusukan pejabat." Perbedaannya pada kata pejabat dan rakyat. Mungkin bagi awam, kalimat itu sepele. Tidak! Dari kalimatnya itu kita bisa mencium gelagat tak baik: agar pejabat mengenalnya, takut padanya, dan "menjalin pertemanan" dengannya.

Lalu, ditanya wartawan Tempo mengapa ia menyerang salah satu calon presiden di Facebook, "Karena dia tipu aku." Nah, ketahuan! Ia menulis kasus-kasus politik dan korupsi karena ia sendiri punya kepentingan pribadi. Kata-kata "karena dia tipu aku" bisa bermakna banyak, contohnya: si calon presiden tidak menepati janjinya memberikan uang atau hadiah mobil.

Cara @TrioMacan2000 cari uang dari twit-twit korupsi

Situs Berita Satu menulis dalam artikel [taut] berjudul Jejak @TrioMacan2000 Menguangkan Kicauan:

Salah satu yang didekati TrioMacan2000 adalah terpidana kasus cek pelawat. Kerabat dekat terpidana itu bercerita mengenai upaya pendekatan TrioMacan2000. Mereka menawarkan paket-paket kicauan untuk membela. Satu paket sekitar Rp500 juta. "Apa yang saya ceritakan sehari sebelumnya langsung ditwit besoknya. Misalnya, baju yang akan dipakai keluarga kami di sidang besok batik, besoknya TrioMacan2000 ngetwit hal yang sama," katanya.

TrioMacan2000 sempat menghubungi seorang petinggi Partai Nasdem. Akun ini menawarkan jasa pencitraan melalui media sosial, namun Partai Nasdem menganggap sepi tawaran itu. "Gagal mendapatkan ikan kakap, TrioMacan2000 menyerang Nasdem," kata lingkaran satu Partai Nasdem.

Minta Rp1 miliar/tahun dari media pers?

Ada lagi yang menarik. Dua pekan lalu Berita Satu berbantah dengan @TrioMacan2000 tentang biaya berita investigatif Rp1 miliar per tahun untuk Trio Macan 2000.

Tanggal 14 November 2012, Berita Satu menulis berita [taut]: Raden Nuh dan seorang temannya pernah bertemu dengan dua orang petinggi sebuah media pers. Raden Nuh menawarkan jasa program investigasi kepada media itu. TrioMacan2000 berjanji menyuplai data kasus-kasus korupsi. Sebagai imbalan, Raden meminta bayaran setahun Rp1 miliar. Ia mengaku mendapatkan data dari polisi, TNI, dan Badan Intelijen Negara. Raden Nuh @TrioMacan2000 berkali-kali menyebut KPK busuk. Tawaran itu ditolak si pejabat media. "Dengan anggaran per bulan hampir Rp100 juta, kita bisa bikin program sendiri yang lebih baik. Apalagi itu datanya tidak jelas. Belum lagi kredibilitas TrioMacan2000 yang meragukan."

Pihak @TrioMacan2000 membantah berita itu lewat twit-twitnya [taut]. Sang Macan mengatakan, justru media itulah, Berita Satu sendiri, yang meminta Trio Macan 2000 untuk bekerja sama. Pengusaha Peter Gontha, bos Berita Satu yang juga Komisaris Independen PT Garuda Indonesia dan ikut mendirikan RCTI dan SCTV, meminta bertemu dengan mereka. Macan menulis: "Bbrp bulan yg lalu, @Petergontha, yg dianggap senior dan tokoh yg dihormati oleh admin2 TM2000 mengundang bbrp admin TM2000 ke kantornya."

Beberapa hari kemudian, tulis Macan, seorang wartawan senior menyampaikan kepada mereka bahwa Peter Gontha menawarkan kerja sama antara Berita Satu dan TrioMacan2000 dalam memproduksi berita investigatif, khususnya kasus korupsi. Karena, kata Gontha, berita yang mereka siarkan selama ini kurang berkualitas. "Untuk mendukung kerjasama tsb @Beritasatu menyediakan dana operasional 1 milyar per tahun utk 2-3 berita dlm 1 bulan."

Wartawan Berita Satu pun kembali membantah tulisan-tulisan @TrioMacan2000 itu [taut].

Setelah aku membaca perdebatan kedua pihak lewat tautan di atas, kesimpulanku: belum pasti siapa yang benar dan salah. Tidak mustahil pihak media itulah yang menawarkan kerja sama kepada si Macan.

Asal tahu saja: aktivis tidak lebih licik ketimbang wartawan. Kami kaum pers lebih lihai dalam hal tipu muslihat (baca: bersilat lidah). Bahkan tak jarang [oknum] wartawan, termasuk petinggi manajemennya, lebih busuk daripada politikus busuk—"rahasia dapur media" yang takkan pernah diakui.

•••
Imbau teman-temanmu di Twitter agar waspada terhadap akun-akun bernama samaran dan anonim yang teriak-teriak sebagai antikorupsi. Publik tidak sepatutnya mem-follow (mengikuti) akun semacam Trio Macan 2000. Penulis dengan identitas jelas/asli saja bisa berbohong, apalagi awanama atau bernama palsu.

Akidah jurnalisme yang kuanut sejak 1994 ini mungkin bisa bermanfaat bagi pemakai media sosial Twitter: semakin kabur identitas narasumber, semakin besar kemungkinan dia berkata dusta; semakin lengkap narasumber menyebutkan identitasnya, semakin besar kemungkinan dia berkata jujur. [www.jararsiahaan.net]



Sumber : http://www.jararsiahaan.net

0 komentar:

Posting Komentar